Prof. Dr. A. Nuzul, S.H., M.Hum (Foto: Dok. Istimewa) |
TIMURKOTA.COM, BONE- Mantan Rektor IAIN Bone, Prof. Dr. A. Nuzul, S.H., M.Hum menanggapi terkait dengan pelaksanaan debat ke dua kandidat Paslon Bupati dan Wakil Bupati Bone.
Menurutnya, debat pamungkas tersebut menjadi ajang terakhir bagi masing-masing Paslon memaparkan gagasan dalam memimpin Kabupaten Bone ke depan.
Dalam debat kata Prof Nuzul, publik menantikan adanya peningkatan dalam penguasaan materi. Mengingat pada debat pertama masih ada beberapa hal yang dianggap perlu dibenahi.
"Penguasaan materi debat lebih ditunggu oleh publik. Paslon harus lebih tajam penangkapan terhadap pertanyaan materi debat," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima timurkota.com.
Menurutnya, tiga paslon harus belajar dari debat perdana. Dirinya mendorong agar Paslon memberi argumentasi yang mampu mencuri hati pemilih.
"Belajar dari debat perdana, maka paslon lebih mampu mengelaborasi jawabannya, kedalaman atas jawaban sehingga publik terpuaskan dengan argumentasi paslon," jelasnya.
Kemudian, hal terpenting lain kata Prof Nuzul adalah Paslon harus teliti dalam menganalisa pertanyaan sebelum menjawab.
"Penting menghindari jawaban yang diberikan tidak sesuai arah pertanyaan panelis," tukasnya.
Dengan makin dekatnya proses pencoblosan, Paslon masih sangat memungkinkan untuk mengunci suara dengan tampil apik dalam debat terakhir.
"Pengalaman, penguasaan, kematangan yang dimiliki para paslon akan sangat mempengaruhi pemilik suara, di mana suaranya akan berlabuh di tanggal 27 November 2024.
Dirinya juga menyarankan kepada para pemilih bahwa momen saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menentukan pemimpin yang memiliki program yang betul-betul diperlukan masyarakat.
"Publik sudah waktunya memilih pemimpinnya yang memiliki daya tawar program betul-betul diperlukan masyarakat," tukasnya lagi.
Selain itu, paling penting kata Prof Nuzul publik harus menjauh dari permainan money politik.
"Setelah ada program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dibutuhkan juga komitmen untuk menjalankannya, serta siap ditagih. Masyarakat harus jauh dari memilih paslon yang money politik dan semisalnya," terang dia.
Program yang semestinya ditawarkan oleh para Paslon yakni lahir dari bupati dan wakil kelak. Bukan menunggu instruksi dari pusat.
"Debat ke-2 harus menjadi ajang penawaran program kerja yang riil, kebijakan lahir dari bupati dan wakilnya kelak, tanpa terus menunggu dari atas atau bersifat pusat," tutupnya.
Bukan tanpa alasan, mengingat kabupaten/kota adalah daerah otonomi. Daerah atau pemerintah daerah bersama masyarakat saatnya bergotong royong membangun daerahnya sendiri. (*)