Oleh: Muh Malik Fajri
Mahasiswa Universitas Hasanuddin
Organisasi daerah sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa yang berasal dari satu daerah yang sama, mengambil peranan penting dalam kemajuan daerah.
Mahasiswa merupakan kelompok masyarakat akademis dan intelektual yang menjadi peluru bagi lembaga kedaerahan untuk tetap eksis dan mampu menancapkan peranannya dalam membawa aspirasi masyarakat, tentu saja hal ini menjadi alasan mengapa organisasi daerah mahasiswa merupakan salah satu instrumen dalam memajukan dan mengembangkan setiap sektor dalam pemerintahan dan masyarakat.
Mahasiswa yang dianugrahi dengan pengetahuan yang luas dan nalar kritis, seharusnya mampu mendorong dan meningkatkan kualitas pendidikan, budaya, ekonomi dan literasi masyarakat.
Sebab mahasiswa adalah tonggak utama dari perwujudan masyarakat yang cerdas dalam membangun negara.
Maka dari itu dibutuhkan wadah yang mampu melahirkan insan-insan yang intelektual, inovatif, dan visoner, salah satunya adalah organisasi mahasiwa daerah yang seharusnya hadir membawa tujuan dengan nilai-nilai tersebut.
Namun jika melihat realitas organisasi mahasiswa daerah saat ini, justru berbanding terbalik dari nilai-nilai yang diharapkan tadi, tentu tidak adanya nilai yang melekat pada gerak organisasi mahasiswa daerah dapat kita lacak dari beberapa hal, antara lain pola pengaderan, program-program yang tidak substansial, dan kebiasaan buruk yang tumbuh dalam internal organisasi, sehingga tidak mampu
mengoptimalkan peran dan potensi organisasi mahasiswa daerah.
Berbicara mengenai peran, organisasi mahasiswa daerah memiliki sedikit perbedaan dengan organisasi mahasiswa internal atupun organisasi eksternal kampus lainnya, yang lebih memfokuskan pada keilmuan yang mengiringi kebijakan politik pemerintah nasional, sedangkan organisasi mahasiswa daerah lebih mengedepankan kepentingan daerah dalam setiap gerakannya sebagai ujung tombak dalam membawa perubahan di daerahnya.
Organisasi mahasiswa daerah seyogyanya, melakukan gerakan aktivisme yang mendorong pengembangan tata kelola pemerintah, juga melakukan kampanye advokasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dibutuhkan pula wadah gerak alternatif lainnya untuk mebangkitkan kesadaran kolektif masyarakat, tentu saja organisasi mahasiswa daerah menjadi salah
satunya.
Memang semestinya demikian, sebab organisasi daerah mampu melakukan gerakan aktivisme di wilayah pinggiran yang jauh dari sentral pemerintahan, yang kebanyakan masyarakatnya masih buta
terhadap politik.
Dengan adanya organisasi kedaerahan, yang memberikan edukasi maka masyarakat di daerah pinggiran dapat tercerahkan.
Harus disadari bahwa problematika yang terjadi dalam sosial, politik, ekonomi, dan budaya seringkali berasal dari daerah-daerah pinggiran, dan pemerintah nasional seringkali menggeneralisir kebijakan-kebijakan pada kasus di wilayah tertentu.
Bukan sebuah hal negatif, namun peran organisasi mahasiswa daerah sangat penting dan signifikan dalam memberikan dampak pada masyarakat yang secara khusus kebijakan pemerintah nasional berhubungan dengan daerahnya.
Namun dalam gerakan aktivisme yang dilakukan organisasi mahasiswa daerah masih terjadi distorsi dalam pemahaman mahasiswa, yang mestinya gerakan mahasiswa didasari atas kesadaran sosial politik, justru dianggap sekedar formalitas dan ajang eksistensi diri, sehingga terjadi misspersepsi di masyarakat.
Hal itu disebabkan karena organisasi mahasiswa daerah gagal dalam proses internalisasi nilai, dan pola kaderisasi yang tidak lagi relevan.
Implikasinya masyrakat menganggap demonstrasi mahasiswa sebagai tindakan anarkis dan mengganggu aktivitas masyrakat.
Ditambah organisasi mahasiswa daerah dewasa ini justru seringkali membuat masyarakat resah dengan konflik yang terjadi antar organisasi kedaerahan dan bersikap pasif dalam menyuarakan hak-hak masyarakat daerah, sehingga masyarakat memandang organisasi mahasiswa daerah saat ini tidak lebih dari sekedar petarung jalanan.
Hal ini mestinya menjadi bahan evaluasi organisasi mahasiswa daerah untuk kembali mempertegas orientasi dan mempertajam nalar kritis kadernya.
Hal yang paling fundamental adalah menciptakan lingkungan yang sehat di internal lembaga dan membangun kebiasaan yang positif sehingga kadernya dapat lebih produktif.
Melihat realitas yang terjadi saat ini maka diperlukan revitalisasi pola pengaderan, serta programprogram yang lebih afektif untuk meningkatkan kualitas kader agar memiliki kesadaran intelektual, untuk menjawab pelbagai problematika yang terjadi di masyarakat dewasa ini, sehingga memberikan dampak yang lebih kepada masyarakat.
Telah menjadi keharusan, organisasi mahasiswa daerah sebagai wadah allternatif bagi mahasiswa untuk membangun kesadaran kolektif, dengan melakukan kegiatan aktivisme secara komprehensif dengan menjangkau setiap regional yang jauh dari pusat kekuasaan, sehingga mahasiswa tidak hanya
melakukan gerakan di kota-kota sentral pemerintahan melainkan juga pada daerah-daerah pinggiran yang masyarakatnya masih sangat apatis terhadap politik.
Organisasi mahasiswa daerah jelas menjadi sebuah wadah gerak alternatif dalam mengawal kemajuan negara.
Selain itu organisasi mahasiswa daerah selain sebagai agitator sosial politik secara khusus juga sebagai benteng dalam mempertahankan nilai-nilai budaya agar tidak luntur disebabkan modernisasi, dan heterogenitas yang ada dilingkungan kampus.
Selain mengawal isu-isu politik nasional organisasi mahasiswa daerah juga harus melakukan pelestarian serta mengembangkan seni dan budaya sebagai warisan budaya bangsa, Dengan berkolaborasi dan melakukan diplomasi politik kepada pemerintah daerah sehingga dapat mengoptimalkan perannya sebagai organisasi paguyuban, sebab budaya merupakan unsur yang menjadi integritas masyarakat lokal.
Dalam hal ini tentu jelas menjadi sebuah anomali jika organisasi mahasiswa daerah dinilai sekedar tempat silaturahmi mahasiswa yang berasal dari daerah yang sama.
Lebih dari itu organisasi mahasiswa
daerah secara potensial mestinya menjadi pelita bagi masyarakat, ditengah ketidakmerataan pendidikan dan perhatian dari pemerintah pusat dalam alokasi sumber daya.
Demikian mahasiswa yang berkumpul dalam satu organisasi kedaerahan harus memahami dengan tegas dan jelas, bahwa mereka merupakan aset yang potensial dalam mendorong kemajuan daerah.
Harapannya mahasiswa ini dapat kembali dan membangun daerahnya dengan mengintegrasikan praktik dan teori yang didapatkan selama menempuh pendidikan.
Pandangan seperti inilah yang perlu diperbaiki sebagai kader dari organisasi mahasiswa daerah, sebab peran organisasi mahasiswa daerah memiliki peran penting dan manfaat yang lebih di masa depan mendatang, terutama dalam memobilisasi potensi, bakat, dan keahlian mahasiswa untuk mendorong perubahan dalam memajukan daerahnya. (*)