TIMURKOTA.COM- Setelah sekian lama digoda, Andro pada akhirnya memberanikan diri untuk bertemu berduaan dengan Ibu Mega.
Bukan hanya karena kecantikan dan kebijaksanaannya, tetapi juga karena keramahan dan perhatian yang Ibu Mega tunjukkan padanya.
Suatu malam, setelah berhari-hari berdebat dengan dirinya sendiri, Andro memutuskan untuk mengumpulkan keberanian dan mengajak Ibu Mega untuk bertemu berduaan.
Dengan jantung yang berdetak kencang, ia mulai menulis pesan singkat untuk Ibu Mega. Ia menulis dengan tangan bergetar, menyusun kalimat-kalimat yang sopan namun jelas, meminta kesempatan untuk berbicara empat mata di tempat yang tenang dan nyaman.
Setelah mengirim pesan, Andro merasa cemas menunggu balasan. Ia berusaha menenangkan dirinya dengan memikirkan berbagai skenario yang mungkin terjadi.
Apakah Ibu Mega akan merasa tidak nyaman? Atau apakah dia akan menolak ajakan itu? Semua pertanyaan ini membanjiri pikirannya hingga akhirnya, ponselnya bergetar dengan balasan dari Ibu Mega.
"Baik, Andro. Saya akan bertemu denganmu. Di mana kita bisa bertemu?" tulis Ibu Mega dalam balasannya.
Andro merasa lega dan sekaligus gugup. Ia segera membalas dengan mengusulkan sebuah taman kecil di pinggiran kota, tempat yang tenang dan jarang dikunjungi orang.
Tempat tersebut dianggap ideal untuk percakapan pribadi tanpa gangguan.
Pada hari yang telah ditentukan, Andro tiba lebih awal di taman tersebut.
Ia duduk di bangku kayu yang menghadap ke kolam kecil, berusaha mengatur napasnya dan mengatasi kegugupan.
Setiap kali ia mendengar langkah kaki, hatinya berdebar kencang, berharap itu adalah langkah Ibu Mega yang mendekat.
Ketika Ibu Mega akhirnya muncul, Andro berdiri dan menyambutnya dengan senyum yang canggung namun tulus.
Ibu Mega, dengan keanggunannya yang khas, membalas senyuman Andro dan duduk di sebelahnya.
Suasana di taman terasa nyaman, dengan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga. Andro merasa sedikit lebih tenang.
Percakapan dimulai dengan topik-topik ringan, seperti cuaca dan kegiatan sehari-hari. Namun, Andro tahu bahwa dia harus menyampaikan niat sebenarnya.
Dengan hati-hati, ia mulai berbicara tentang bagaimana perasaannya telah berkembang sejak pertama kali ia mengenal Ibu Mega.
Diakhir pertemuan, Andro secara tiba-tiba memeluk erat Ibu Mega. Mereka kemudian melakukan sesuatu yang kayaknya orang dewasa berpacaran.
"Baru sebatas berpelukan, memang sama-sama menginginkan itu," ungkap, Andro.