TIMURKOTA.COM- Sebut saja namanya, Vina dia seorang lulusan kampus ternama yang mengaku mampu menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah tepat waktu dengan cara yang tak lazim.
Vina mengaku mendapat tekanan yang luar biasa dari orang tuanya untuk menyelesaikan perkuliahan tepat waktu meski secara kualitas dan kemampuan dirinya tidak mampu memenuhi itu.
Salah satu jalan yang dia pilih yakni melakukan hubungan terlarang dengan oknum dosennya demi mendapatkan nilai.
"Memang saya tidak ada keinginan untuk kuliah. Namun karena dorongan dari orang tua sehingga saya memilih mencari jalan sendiri untuk selesai tepat waktu," katanya.
Jadi dirinya memulai perkuliahan dengan keadaan yang sulit. Vina mengaku mendapat banyak keuntungan setelah memilih berpacaran dengan oknum dosen.
"Bukan masalah ke nilai bagus, selain itu dapat uang jajan. Namun baginya yang paling utama adalah nilai," ungkapnya.
Dalam wawancara eksklusif, mahasiswi yang enggan disebutkan identitasnya mengungkapkan, "Saya tidak mencari hubungan lebih dari sekadar nilai. Meskipun saya sadar bisa mendapat tambahan duit, tapi saya tidak tertarik jika hanya main-main."
Menurut pengakuan mahasiswi tersebut, hubungan ini tidak dimaksudkan untuk hal-hal serius seperti keuangan atau hubungan pribadi. "Jujur saja, keluarga saya sudah cukup mapan. Jadi saya mencari nilai ini lebih sebagai tantangan akademis," katanya.
Ketika ditanya tentang hubungannya dengan sang dosen, mahasiswi ini memilih untuk tidak berkomentar lebih lanjut. "Kami berdua fokus pada kepentingan akademik kami," katanya singkat.
Belum ada klarifikasi resmi dari pihak universitas terkait masalah ini. Namun, perbincangan tentang etika dan dampak hubungan semacam ini terus menjadi topik hangat di kalangan mahasiswa dan staf.
Pantau terus perkembangan cerita ini untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang bagaimana pihak universitas akan menangani kontroversi ini serta pandangan dari berbagai pihak terkait.
Dosen tersebut, yang usianya terpaut jauh dengan mahasiswi, tidak langsung memberikan bantuan kepada mahasiswi tersebut.
"Dia dosen umurnya juga beda jauh dan dia juga kayaknya enggak langsung untuk ke kamu, kayak cari tahu gitu lah, apalagi ke kating-kating gitu kan, kayak nanya gitu," ungkap mahasiswi yang enggan disebutkan namanya.
Menurut pengakuan mahasiswi tersebut, biasanya dosen berusia 30-an tahun dianggap masih muda. Namun, kenyataannya, sang dosen sudah hampir mencapai usia 40 tahun.
"Masih muda lah, masih kayak bugar gitu," tambahnya.
Mahasiswi ini juga menceritakan bagaimana awalnya dia mencoba untuk mendekati sang dosen.
"Biasanya sih nyari tahu dari cutting gitu kan, nyari tahu dari cutting akhirnya mulai-mulailah tuh kayak gimana nih caranya biar gue bisa etlist ngobrol dulu lah sama nih dosen gitu," jelasnya.
Namun, mahasiswi menegaskan bahwa tujuan mendekatinya bukan semata-mata karena kesulitan dalam matkul yang diajarkan sang dosen.
"Ngga juga cuma memang matkul-nya dia tuh susah. Oke, tapi dia ngajarnya biasa aja," ungkapnya.
Setelah berbagai usaha, akhirnya mahasiswi berhasil menemukan cara untuk berkomunikasi dengan sang dosen.
"Malah kayak misalnya si dosen lagi nongkrong di sekitaran kampus gitu, jadi nongkrong banget ya anaknya, ya lumayan terus pura-pura kayak 'Eh Pak, ini ini tuh terus kan aku kan di kelasnya dia kan,'" ujarnya menjelaskan.
Kisah ini menjadi bukti bahwa dengan ketekunan dan strategi yang tepat, mahasiswa bisa memperoleh manfaat tambahan dalam proses belajar di perguruan tinggi.
"Ngobrol-ngobrol-ngobrol fix lah, nanyain mata kuliah ini maksudnya gimana ya, ini gimana gitu," ujar mahasiswi yang enggan disebutkan namanya.
Perlahan-lahan, mahasiswi tersebut menyadari bahwa dosen yang ia dekati adalah sosok yang dikenalnya sebelumnya. "Terus lama-lama ternyata, 'Oh, ini orang Santi juga nih kayaknya si'," lanjutnya sambil tertawa.
Mahasiswi tersebut mengakui adanya pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman lebih dalam tentang mata kuliah tersebut. "Kalau misalnya dapat nilai bagus tuh, gimana ya caranya gitu ya," katanya.
Hubungan mereka terjalin dengan alamiahnya, sering kali bercanda dan berbincang karena sudah dekat. "Kita yang bercanda-bincandaan gitu kan, karena emang udah lumayan close gitu lah ya," tambahnya sambil tersenyum.
Terkait cara mendekati sang dosen, mahasiswi ini mengungkapkan bahwa dia mengambil langkah mendekat dengan cara nongkrong di tempat yang sering dikunjungi sang dosen. "Jadi kayak bestie dulu gitu," jelasnya.
Setelah sering bertemu dan berkomunikasi, mereka mulai saling mengirim pesan dan bertukar informasi.
"Udah ngechat-ngecat gitu dong, tentunya karena udah sering nongkrong bareng juga," ujarnya.
Namun, dalam prosesnya, mahasiswi ini menegaskan bahwa hubungan mereka tidak melewati batas yang profesional.
"Enggak pakai baju seksi atau buka kancing satu pun, sama seperti anak ke kampus gitu," jelasnya tegas.
Tentang momen ketika mereka tidur bareng, mahasiswi ini mengaku penasaran. "Ee, the moment ketika lo sama dia tidur bareng gitu loh, penasaran itunya udah kan kita ngechat-ngechat gitu kan," ungkapnya.
Ketika ditanya tentang langkah selanjutnya, mahasiswi ini menjelaskan bahwa dia mengajak sang dosen untuk berkunjung ke kosannya. "Oh, kayak 'Pak, mau mampir ke kosan aku enggak?' gitu," ujarnya.
"Oh, kenapa emang gak ada yang cakep ya? Bukan nggak ada yang cakep," ujar salah seorang mahasiswi yang enggan disebutkan identitasnya.
Ketika ditanya mengapa hubungan ini terjalin di dalam kampus, mahasiswi tersebut menanggapinya dengan serius.
"Nah, itu kan karena kalau dalam kampus tuh gosip tuh cepat nyebar. Ya tapi kan kalau di luar kampus kayak siapa sih yang kenal sama gua, pikir lu lakuin ini sama orang kampus," jelasnya.
Percakapan ini juga mencakup dampak dari hubungan gelap ini terhadap reputasi baik mahasiswi maupun dosen.
"Iya, dosen itu doang kan, emang udah nyebar sama sekali apa lu enggak tahu kali ya kalau gua nyebar otomatis reputasi dia hancur, kalau dia nyebar juga gua bisa nyebarin dia juga kan jadi kayak sama-sama emang gitu," tambahnya.
Meskipun terlibat dalam hubungan gelap, keduanya menjaga kerahasiaan dengan ketat di dalam lingkungan kampus. "Iya-iya, tapi benar-benar eee, silent banget ya berdua ya, silent banget," ujarnya.
Mereka menggambarkan bagaimana kehidupan sehari-hari mereka di kampus, di mana mereka bersikap biasa saja di depan mata publik. "Jadi kayak di kampus tuh ya kita biasa aja, kayak ini dosen, ini mahasiswa gitu, gua tapi udah pas kelasnya dia juga ya gua santai-santai aja gitu," jelas mahasiswi tersebut.
Namun, mahasiswi ini menegaskan bahwa dia tidak memiliki perasaan khusus terhadap dosen tersebut. "Sama sekali enggak ada perasaan baper sama dia, itu aneh banget sih," tambahnya.
Ketika ditanya mengenai masa depan hubungan mereka, mahasiswi ini mengungkapkan ketidakpastian.
"Mungkin untuk sekarang ya, kan enggak tahu ke depannya dan berapa lama. berapa ya, jalan 5 bulan," jelasnya sambil tersenyum.
Dia menghadapi godaan di lingkungan kampus. "Jangan digodain lah orang kalau udah punya istri, banget anaknya nggak sih?" tegasnya saat diwawancara.
"Menghadapi situasi seperti itu, saya tetap memiliki batasan yang jelas. Saya mencari perusahaan yang sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai saya," ungkapnya, menggambarkan sikapnya yang konsisten dalam menjaga integritasnya di dunia kerja.
Menanggapi isu ini, seorang pembimbing akademik menyarankan, "Bosnya juga, jadi Anda bisa melakukan itu lagi, nah. Anda tengah-tengah nih tapi ya udah oke berarti. Bisa dibilang Anda masih pemula, dong, kalau dibilang kayak gitu, gimana?"
Namun, ketika ditanya tentang fenomena "ayam kampus", mahasiswa tersebut mengaku sebagai pemula dalam hal ini. "Untuk masalah per ayam kampusnya, jujurnya saya pemula sih ya karena saya tidak mengakuinya sebagai 'ayam kampus'. Kenapa? Karena yang saya pikirkan adalah bagaimana saya bisa fokus pada pendidikan saya tanpa terpengaruh oleh faktor eksternal," jelasnya.
Pada bagian lain, mahasiswa ini mengungkapkan bahwa di kampusnya, terdapat praktik di mana mahasiswa bisa "memesan" teman sesuai dengan preferensi tertentu. "Di kampus saya, ada katalog yang menampilkan profil mahasiswi. Ada yang seperti itu di kampus saya, yang benar-benar menawarkan pilihan berdasarkan harga dan preferensi," ujarnya.
"Dia mereka benar-benar mahasiswi di situ," tambahnya, menegaskan bahwa praktek ini memang ada namun dia tidak terlibat dalamnya.
"Dalam mengejar ambisi saya, saya tidak akan sampai pada tingkat tersebut. Jadi, saya tidak akan sampai sejauh itu," katanya, mempertegas bahwa fokusnya adalah pada pendidikan dan membangun karier yang baik di masa depan.
Sementara itu, dalam sesi tanya jawab dengan penonton, ada pertanyaan mengenai komersialisasi atas fenomena ini. "Pertanyaan dari mereka yang bilang ini tidak dijadikan komersial, itu benar. Saya memang tidak ke situ karena saya tidak memiliki niat untuk menjual atau mencari keuntungan. Saya hanya mencari nilai akademis," tegasnya.
"Tidak ada niat mencari duit, hanya mencari nilai," tambahnya, menjelaskan bahwa ambisinya adalah untuk mencapai prestasi akademis tanpa terpengaruh oleh hal-hal di luar itu.
Menanggapi pertanyaan tentang magang, mahasiswa ini mengatakan, "Saya belum magang, tapi rencananya tahun depan. Magang itu ada nilai juga, kan?" katanya sambil tersenyum, menunjukkan antusiasme dalam menghadapi tantangan baru di masa depannya. (*)