TIMURKOTA.COM, BONE- Penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Bone melakukan upaya mediasi terkait dengan kasus penyebaran hoax Edar Alias Kendor sebagai pelaku pembunuhan sadis terhadap, Hj Dahlia yang juga ibu kandungnya.
Berdasarkan keterangan pihak keluarga korban yang diwakili, A. Nanang selaku menantu mengatakan, pihaknya telah dipertemukan dengan pelaku seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berinisial D saat proses mediasi.
"Dia akui perbuatannya, alasanya spontanitas. Namun dari tudingannya itu sama sekali bukan spontanitas, malah direncanakan," ungkapnya.
Dia melanjutkan, sempat beberapa kali ditanyakan kepada pelaku apakah ada kaitannya dengan upaya tersangka pembunuhan untuk menghilangkan jejak.
"Dalam pertemuan di ruang Unit Tipiter saya tanyakan, apakah ada kaitannya dengan tersangka. Namun dibantah," ungkapnya.
Meski pelaku meminta maaf, namun A. Nanang mengaku pihak keluarga tetap akan berjuang agar pelaku diporses secara hukum sehingga menimbulkan efek jera, dan menjadi cerminan warga lain untuk berhati-hati dalam bermedsos.
"Saya tegaskan, tidak ada damai. Saya bilang kembalikan pada diri masing-masing, kalau orang tua dibunuh secara sadis, lalu dituduh sebagai pelaku apakah bisa diterima. Dan kalau pelaku saya maafkan, maka yakin penyebar hoax akan makin banyak," ungkapnya.
Dirinya berpandangan, bahwa tak semua permasalahan bisa diselesaikan dengan permintaan maaf yang dibuatkan dalam surat pernyataan damai.
"Saya ajak kepada pihak kepolisian, khususnya penyidik, ayo diproses sesuai hukum yang berlaku. Supaya menjadi bukti bahwa menyebar hoax betul-betul dipenjara, bukan minta maaf baru selesai," tutupnya.
Kepolisian Resort Bone memastikan dalam waktu dekat akan melakukan pemeriksaan terhadap saksi kasus laporan penyebaran Hoax terkait tuduhan Edar Alias Kendor bunuh ibu kandung Hj Dahlia.
Paur Humas Polres Bone, Iptu Rayendra Muchtar yang ditemui tim timurkota.com di ruang kerjanya mengatakan, ketika panggilan pertama tidak hadir, maka penyidik akan melayangkan panggilan selanjutnya.
"Kalau undangan klarifikasi tidak hadir, bisa diundang lagi. Mungkin juga dalam waktu dekat ada anggota yang datangi saksi," ungkapnya.
Kalau status kasus sudah naik ke penyidikan terus tidak mau hadir. Itu dua kali panggilan tak diindahkan, maka langsung dijemput.
"Memang kalau status kasus penyelidikan sipatnya klarifikasi bisa berulang dipanggil, tapi tetap diupayakan dihadirkan. Apabila status kasus sudah naik terus tidak mau hadir ya, itu bisa kita panggil paksa," terangnya.
Didampingi dua saudara perempuan dan seorang kakak iparnya, Kendor Alias Edar menyerahkan bukti tambahan berupa kesaksian terkait dengan siapa pemilik suara di rekaman atau voice note yang tersebar di media sosial, Rabu (29/11/23)
Kepada tim timurkota.com, Kendor Alias Edar menyebut bahwa pihak keluarga telah mengantongi identitas pelaku sekaligus pemilik suara yang menyebut bahwa dirinya membunuh ibu kandungnya lalu pura-pura minta tolong.
"Saya tahu orangnya, saksi pun kami ada. Kalau bukan dia pelakunya saya berani dipenjara. Karena sudah jelas, mana lagi ada saksi yang dia temani saat menyebar rekaman itu," ungkap, Edar.
Dalam rekaman suara yang dilaporkan terdengar seorang perempuan menjelaskan bahwa waktu sudah bantai ibu kandungnya ia lari minta tolong.
"Waktunya sudahmi nabantai mamaknya lari ke pertamina (SPBU) mappaturung (Minta Tolong, red), bilang ada parangi mamaku (Hj Dahliah) ada darahnya, naluruika (saya diserang juga) jadi larika, padahal alena muno emma'na (Padahal dia sendiri yang bunuh mamaknya)," ungkap wanita dalam rekaman suara seperti diterima tim timurkota.com dari pihak keluarga korban.
Menurut Kendor, ada seorang pria pernah datang meminta maaf karena telah melingkari foto dirinya lalu unggah di akun facebook.
"Jadi sehari setelah pelaku ditangkap, orang itu datang minta maaf. Kami sekeluarga maafkan, namun pelaku perempuan ini tidak pernah datang mengakui kesalahan. Jadi memang kami ingin diproses secara hukum hingga tuntas," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Tiga orang anak almarhum Hj Dahliah mendatangi Unit Tipiter-Cyber Satuan Reserse Kriminal Polres Bone guna menanyakan kelanjutan laporan dugaan pelanggaran ITE.
Pihak keluarga korban tiba di Mapolres Bone, Rabu (29/11/23) sekira pukul 09.00 Wita.
Anak kandung Almarhum Hj Dahliah bernama, Edar Alias Kendor menanyakan laporan yang telah ia buat tertanggal 20 November 2023 lalu.
Dalam laporan tersebut, Kendor selaku korban merasa dirugikan dengan adanya informasi melalui rekaman suara dan pesan berantai di media sosial yang menyebut bahwa dirinya membunuh ibu kandungnya sendiri.
Menantu Almarhum Hj Dahliah, bernama Andi Adnan mengatakan, bahwa kasus tersebut semestinya tidak dibiarkan berlarut-larut oleh pihak kepolisian.
"Kalau kurang saksi untuk membuktikan keterlibatan terlapor. Kami bisa hadirkan berapa pun diminta oleh penyidik. Apalagi ada saksi yang di dalam grup WhatsApp dimana pelaku mengirim rekaman suara itu mengaku sempat menegur namun tetap dilanjutkan," tukasnya.
Ia kemudian menerangkan, tujuan pihak keluarkan korban mendatangi Polres Bone untuk menyampaikan kepada pihak kepolisian terkait dengan desakan keluarga besar almarhum.
"Kami datang ke sini untuk menanyakan kelanjutan laporan pelanggaran ITE. Pasalnya, sampai saat ini pihak terlapor belum dipanggil untuk dimintai keterangan," ungkapnya yang merupakan menantu Almarhum Hj Dahliah.
Ia melanjutkan, pihaknya berharap agar penyidik bertindak cepat. Mengingat pihak keluarga besar korban mengetahui pelaku.
"Bahkan ada beberapa keluarga kalau ketemu di masjid, bilang kalau memang polisi tidak mau ambil pelakunya. Kita yang ambil baru serahkan ke mereka. Namun saya masih bisa tahan," terangnya.
Dirinya mengungkapkan, pihaknya tak bisa menjamin jika ada tindakan main hakim sendiri dari pihak keluarga korban.
"Kalau setiap hari pelaku terlihat baru tidak ada tindakan siapa yang bisa tahan. Ini menyangkut nyawa, kami kehilangan orang tua lalu dituduh lagi sebagai pelaku," tegasnya.
Sementara itu, Edar Alias Kendor mengatakan, pihak keluarga besarnya sudah banyak yang geram dengan belum adanya kelanjutan laporannya.
"Keluarga besar kami di Ancol Phatend juga tidak terima. Kalau memang pihak kepolisian tidak ambil pelaku, bisa-bisa kami yang datangi," tukasnya.
Selaku anak, Kendor mengaku selalu teringat peristiwa tragis yang menimpa ibu kandungnya tiap kali ada yang menanyakan kelanjutan laporannya di kepolisian.
"Kalau tiba-tiba ada yang tanyakan bagaimana mi itu laporanta na adaji pelaku belum diperiksa, disitu muncul rasa emosi, dan saya pasti teringat bagaimana saat menemukan mamaku tergeletak lalu dikejar pelaku," tutupnya.