Ilustrasi menggambarkan seorang wanita pernah menjalin hubungan sesama jenis (Foto: Dok. Istimewa) |
TIMURKOTA.COM, BONE- Parasnya masih terlihat awet muda meski usianya tak lama lagi menginjak kepala empat. Sosok wanita tangguh yang mampu keluar dari trauma masa lalu akibat ulah bejat dari paman sendiri.
Mengenakan jilbab warna hitam, dipadukan dengan jaket warna biru. Ia tak ragu menceritakan pengalaman pahit dialami di masa anak-anaknya dengan harapan menjadi bahan edukasi kepada orang tua dalam mengawasi anaknya.
Dia berisial R (37) lahir di Kabupaten Bone, kemudian hanya tamat SMA lalu memilih hidup di Kota Makassar hingga akhirnya menikah dan kembali menetap di Kabupaten Bone.
Awalnya, R ragu menceritakan pengalaman hidupnya kepada penulis. Namun setelah ia pikirkan matang-matang akhirnya dia mulai bercerita dari serangkaian peristiwa dialami yang membuat dirinya harus menjadi wanita tangguh.
Cobaan pertama menghampiri R datang saat dirinya menginjak usia 12 tahun dia harus menjadi anak yatim setelah bapak kandungnya meninggal dunia.
Dirinya terpaksa harus diasuh dan tinggal bersama di rumah tantenya. Ketika menginjak usia 12 tahun, tragedi pilu menghampiri dirinya.
Ia dipaksa melayani nafsu bejat paman yang tak lain adalah suami dari tantetunya sendiri. Dirinya mengalami trauma mendalam akibat peristiwa itu.
Karena dia tak tahu harus mengadu kemana. R pun memilih pergi meninggalkan rumah pamannya tersebut. Dan tinggal di rumah neneknya hingga tamat SMA.
Setelah tamat sekolah ia kemudian berkenalan dengan seorang laki-laki yang dia harap akan menjadi dewa penolong bagi dirinya untuk keluar dari permasalahan yang ada.
"Saya masih anak-anak, jangankan melapor ke polisi. Menyampaikan ke tante saya tidak berani karena mendapat ancaman akan dibunuh kalau bicara oleh pelaku," tukasnya.
Setelah menginjak usia remaja ia bertemu dengan soerang pria yang kemudian membawa dia kabur dari rumah neneknya ke Kota Makassar.
Namun saat berada di ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Ia juga mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari pria yang menjadi cinta pertamanya itu.
"Akhirnya, setelah putus saya mulai tidak suka dan benci semua pria. Pemikiran saya semua laki-laki sama saja. Hingga kenal dengan seorang teman wanita yang baik dan disitu mulai terjadi yang namanya saling suka sama suka," jelas dia.
Karena teman wanitanya itu juga mengalami trauma dengan pria hingga akhirnya mereka berdua tinggal bersama dalam sebuah kontrakan di Kota Makassar.
"Itu terjadi pada tahun 1991-1993, kami tinggal bersama. Meski pada akhirnya saya kembali berupaya meyakinkan diri sendiri bahwa saya tidak akan bisa hidup tanpa seorang laki-laki karena mengimpikan adanya keturunan," lanjut dia.
Pria yang beruntung adalah N. Seorang pedagang asal Polewali Mandar yang juga tengah mengadu nasib di Kota Makassar.
R mengisahkan, bahwa N adalah sosok pria berbeda dengan yang pernah dia kenal. Selalu sabar, dan mengajak ke jalan yang lebih baik.
"Dia ajari saya mengaji, salat dan hanya kurang lebih lima bulan kenal kami putuskan untuk menikah. Pernikahan kami adakan pesta di rumah pria saja," tukasnya.
Setelah menikah mereka kemudian memilih kembali ke Kabupaten Bone untuk membina rumah tangga dan saat ini telah dikaruniai empat orang anak.
"Saya sangat ketat menjaga anak apalagi yang perempuan. Bahkan orang terdekatnya pun saya minta berhati-hati, karena dari pengalaman hidup, justru orang terdekat yang paling bahaya, saya tidak mau anak saya mengalami hal serupa dengah yang pernah saya rasakan," terang dia.
*Arikel ini ditayangkan oleh media timurkota.com dari hasil wawancara langsung dengan sumber dan telah mendapat persetujuan dengan tujuan memberi edukasi pentingnya menjaga anak dari predator-predator yang bisa menghancurkan masa depannya.