Wiwink-Daerah, Sabtu 25 Februari 04:40 WIB
Dr Syarifuddin Yusmar saat menyampaikan hikmah Isra Miraj di Aula Kampus 1 STIA Prima Bone, Sabtu (25/02/23) |
TIMURKOTA.COM, BONE- Dr Syarifuddin Yusmar yang juga merupakan Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan yang bertindak selaku penceramah peringatan Isra Miraj 1444 H di Aula Kampus I STIA Prima Bone.
Isra Miraj ini dilaksanakan oleh panitia yang merupakan Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan Plus (KKLP) Kelompok 10.
Ketua Panitia Isra Miraj, Syahban mengatakan, pihaknya berterimakasih setelah mendapat kepercayaan oleh pihak kampus untuk menjadi pelaksana Isra Miraj.
"Kami dari panitia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Adapun kekurangan yang ada, kami ucapkan mohon maaf, pada intinya kami dari panitia telah berupaya semaksimal mungkin," tukasnya.
Peringatan Isra Miraj ini dihadiri langsung, Ketua STIA Prima Bone, Prof Dr Dra Hj A. Cahaya M.Si bersama dengan beberapa dosen pembimbing dan civitas akademika STIA Prima Bone.
Sementara itu, Dr Syarifuddin Yusmar menerangkan hikmah mendalam yang bisa dipetik dari perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad saw.
Ia mengatakan bahwa hikmah terbesar dari peringatan Isra’ Mi’raj adalah dapat mengingatkan kesadaran diri bahwa Allah swt berkuasa atas segala penciptaan.
"Ada beberapa peristiwa penting pada Isra Miraj. Dimana memang perlu kita terima dengan menggunakan iman. Bukan menggunakan akal," ungkapnya.
Ia melanjutkan, Hikmah Isra Mi'raj bagi umat Islam di kehidupan sehari-hari terkandung dalam pelaksanaan shalat wajib lima waktu.
Setiap muslim yang telah memenuhi syarat wajib sholat punya kewajiban untuk menunaikan salat 5 waktu setiap hari.
Perintah melaksanakan sholat lima waktu diterima oleh Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mikraj.
"Saking istimewa kedudukan ibadah ini, Rasulullah SAW melalui sebuah hadis menegaskan bahwa shalat adalah tiang agama," tambahnya.
Isra Mikraj adalah peristiwa perjalanan di suatu malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan kemudian berlanjut ke 7 lapis langit hingga sampai di Sidratul Muntaha untuk bertemu Allah SWT.
"Di pertemuan itu, Allah SWT pada mulanya menitahkan kewajiban sholat 50 waktu dalam sehari semalam. Lantas, Rasulullah SAW beberapa kali mengajukan keringanan atas saran Nabi Musa AS. Terakhir, Nabi Muhammad tidak meminta keringanan lagi setelah kewajiban diringankan menjadi sholat 5 waktu dalam sehari semalam saja." tutupnya.