Wiwink-Bola, Rabu 12 Oktober 2022 06:06 WIB
Niko Nhouvannasak (kiri) merupakan perwakilan FIFA untuk evaluasi PSSI
TIMURKOTA.COM, MAKASSAR- Buntut kerusuhan yang menewaskan 131 orang di Stadion Kanjuruahan Malang, Sabtu (01/10/22) malam membuat Federasi Sepak Bola dunia atau FIFA turun tangan.
Perwakilan mereka telah dikirim ke Indonesia dan per Selasa (11/10/22). Bahkan sudah mulai ikut berkantor bersama dengan PSSI.
Niko Nhouvannasak yang saat ini menjabat sebagai Development Project Coordinator FIFA datang ke Indonesia dalam rangka melakukan kerja-kerja bersama dengan tim transformasi sepakbola Indonesia.
Dalam perjalanan tim ini, ada beberapa hal yang akan dibahas dan direvisi. Bukan hanya soal kanjuruhan, melainkan semua aspek.
Termasuk di dalamnya penerapan regulasi dan sanksi bagi klub, pemain secara individu, maupun official tim.
Jika dalam kajiannya nanti ada penerapan sanksi dianggap FIFA bertentangan atau tidak sesuai dengan regulasi yang ada maka tentu dievaluasi kembali.
Hal itu disampaikan Ketua PSSI, Mochamad Iriawan usai menggelar rapat terbatas pertama dengan Niko Nhouvannasak.
Iriawan mengatakan, dalam pembahasan ini nantinya akan dikonsep wajah baru sepakbola Indonesia. Dari mulai penerapan sanksi, penataan administrasi, dan penerapan sistem pengamanan yang sesuai dengan regulasi FIFA.
"Langkah-langkah nyata dan solusi terbaik ke depan menjadi topik pembahasan pada rapat dengan FIFA kali ini," tutur Iriawan.
Iriawan melanjutkan, pertemuan tersebut merupakan yang pertama sejak Niko tiba di Indonesia.
"Rapat ini merupakan rapat awal yang akan diikuti serangkaian kegiatan pendampingan oleh FIFA untuk meningkatkan perkembangan sepak bola Indonesia," imbuhnya.
Menarik ditunggu, jika nantinya hasil evaluasi perwakilan FIFA menerangkan pemberian sanksi terhadap pemain wajib melalui proses sidang yang jelas dengan menghadirkan pemain untuk memberikan pembelaan maka kemungkinan sanksi terhadap Pluim bisa saja digugurkan.
Mengingat, Manajemen PSM Makassar pernah mengeluhkan tak adanya proses yang jelas dan rinci terkait dengan mekanisme pemberian sanksi kepada pemain.
Pihak Komdis PSSI hanya mendengar keterangan sepihak dari wasit tanpa ada keterangan saksi, termasuk dengan klarifikasi ke Wiljan Pluim sebagai disebut pelaku yang melontarkan kata tak pantas ke wasit.
Pemerhati Sepakbola Indonesia, Hardian mengatakan, dalam perjalanan perwakilan FIFA di Indonesia bukan hanya mengusut kasus tragedi Kanjuruhan.
Menurutnya transformasi sepakbola Indonesia akan dievaluasi secara menyeluruh penerapan regulasi serta evaluasi terhadap apa yang diterapkan PSSI baik itu soal sanksi yang dibidangi Komdis, maupun wasit oleh Komdis Wasit, serta mekanisme pengambilan keputusan setiap pelanggaran.
"Sekarang kan yang terlihat klub dan pemain itu seakan kena prank. Mereka tak ada proses dilalui, perwakilan klub dan pemain bermasalah tidak pernah dihadirkan kemudian tiba-tiba keluar sanksi. Ini juga mesti dievaluasi," ungkap dia.
Menurut pengamatannya, hampir semua pelanggaran yang ditangani pihak Komdis terkesan tidak transfaran. Pihak yang disanksi baru mengetahui statusnya melalui surat keputusan.
"Mereka tidak diberi ruang untuk mengklarifikasi. Jadi terkesan Komdis mendengar sepihak saja. Harapan kita kalau praktik-praktik seperti ini tak dilakukan FIFA maka wajib dihapus di Liga Indonesia," lanjut dia.
Seperti diketahui dalam lawatan PSM Makassar ke kandang Persik Kediri. Mereka harus kehilangan Wiljan Pluim setelah kapten tim itu mendapat kartu merah.
Pluim dituding mengeluarkan kata-kata tak pantas kepada wasit Zetman Pangaribuan yang memimpin pertandingan usai melanggar pemain lawan.
Zetman awalnya tak bereaksi. Ia baru memberi kartu merah setelah Renan Silva pemain Persik Kediri menghampiri dan memprovokasi.