Mayat Rosmini dievakuasi pasca kejadian (sok) |
Anis (50) tak henti-hentinya pingsan sesekali berteriak histeris. Dirinya mengalami gejala gangguan kejiwaan usai menyaksikan, Rosmini (16) anak gadisnya dihabisi dengan cara keji oleh dua kakak kandunya sendiri.
Kapolres Banteng, AKBP Wawan Sumantri mengatakan, hasil psikiater RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng menunjukkan dua tersangka tak mengalami gejala gangguan kejiwaan.
"Dua pelaku tak mengalami gejala, hanya ibu kandung yang sampai saat ini masih mengalami trauma dan ada gejala setelah menyaksikan anak kandungnya dieksekusi pelaku," tukas kapolres
1. Dua Pelaku Terancam Hukuman Mati
Rahman bersama adiknya nomor empat, Anto kini mendekam di balik jeruji besi dengan ancaman hukuman mati.
Keduanya telah ditetapkan tersangka atas kasus tewasnya adik kandungnya nomor lima Rosmini (16).
Keduanya dikenakan Pasal 80 Ayat (3), Pasal 76c UU RI No 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dan Pasal 340 Jo Pasal 338 KUHP Jo Pasal 55, 56 Kuhpidana.
Kapolres Bantaeng, AKBP Wawan Sumantri dalam keterangan persnya mengatakan, ancaman hukuman dari pelaku adalah 20 tahun hingga hukuman mati.
"Masih juga kita teliti terkait dengan pembunuhan ini apakah direncanakan atau tidak," tukasnya.
Perlahan-lahan Kepolisian Resort Bantaeng mulai mengungkap aksi pembunuhan terhadap Rosmini (16).
Dari hasil penyelidikan sementara. Terungkap bahwa yang memimpin eksekusi tersebut adalah, Rahman (30) yang tak lain adalah kakak kandung pertama korban.
2. Dua Kakak Kandung Jadi Eksekutor
Rahman dibantu Anto yang juga kakak kandung Korban. Anto diketahui merupakan anak ke empat.
Kapolres Bantaeng, AKBP Wawan Sumantri mengatakan, di dalam keluarga tersebut, Rahman yang paling ditakuti. Bahkan orang tuanya pun takut ketika Rahman marah.
"Sehingga pada saat kejadian, Rahman yang bawa korban ke kamar paling belakang. Dia dibantu saudaranya, Anto," tukas Kapolres.
Di kamar tersebut, Rosmini dieksekusi oleh dua kakak kandungnya menggunakan kayu balok dan senjata tajam jenis parang.
"Luka sabetan parang dibeberapa bagian badan. Ada juga luka pukulan benda tumpul di paha," tukasnya.
Motif Sementara Dipicu 'Siri'
Kasus kesurupan massal yang berujung pembantaian terhadap Rosmini (16) yang diduga dilakukan dua kakak kandung prianya masih simpang siur.
Hasil penyelidikan dilakukan Kepolisian Reserse Bantaeng menemukan fakta lain. Fakta ini berbeda dengan kesaksian dan informasi yang beredar di masyarakat setempat.
Paur Humas Polres Bantaeng, Aipda Sandri Ershi mengatakan dalam keterangan persnya. Motif pembunuhan terhadap Rosmini bermula saat dia ditemukan tengah berhubungan layaknya suami istri dengan Usman yang tak lain adalah sepupunya sendiri.
"Jadi setelah ditemukan, kedua kakak korban masing-masing Ramman dan kakak nomor empat membawa korban ke kamar paling belakang dan disitulah dihabisi menggunakan balok kayu dan parang," ujarnya.
Sementara, Usman yang awalnya diberitakan disandera pelaku juga terkena sabetan parang dari para pelaku.
"Jadi murni kasus siri (rasa malu dan harga diri). Untuk dua pelaku kita kenakan pasal kekerasan yang menyebabkan orang meninggal dunia dan kekerasan anak di bawah umur. Kalau yang dugaan penyanderaan kasusnya akan ditangani terpisah," tutupnya.
3. Guna-guna Setelah Minum Air Obat Corona
Sementara di kalangan masyarakat Dusun Katabung, Desa Pattaneteang, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng tersebar informasi bahwa sebelum kejadian korban sempat meminum air dari seseorang.
"Jadi keluarga ini sangat baik, jangankan melukai anaknya memarahi saja tidak pernah. Tapi kemarin ada orang yang tawari air katanya obat corona. Setelah diminum satu keluarga langsung tak sadarkan diri dan mengamuk," tulis pemilik akun SRN yang mengaku sebagai sepupu korban.
Dilanjutkan SRN, selama ini dalam keluarga pelaku tak pernah ada permasalahan dan keributan.
"Orangnya sangat baik semua, ini karena ada semacam sihir dan guna-guna itu. Jadi tidak benar kalau ilmu hitam," tukasnya.
4. Akibat Salah Mempelajari Ilmu Hitam
Tragedi berdarah terjadi di Dusun Katabung, Desa Pattaneteang, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Sabtu (9/5/2020).
Penghuni salah satu rumah mengalami peristiwa aneh, yakni diduga kerasukan mahluk halus. Delapan orang dirumah tersebut bersamaan berteriak histeris seperti layaknya orang kesurupan.
Penghuni rumah panggung yang diduga kerasukan tersebut diketahui bernama,
Darwis 55 tahun kepala rumah tangga, Anisa 50 tahun, enam orang anaknya, Ramman, Anto, Dilla, Nasir, suci dan Rosmini.
Nasib naas dialami, Rosmini (16) anak kandung dari pelaku itu tewas dengan luka menganga pada leher, sabetan sajam pada pada kepala dan lengan kanan. Rosmini diduga kuat dihabisi saudara kandungnya sendiri.
Aksi satu keluarga yang diduga mempelajari ilmu hitam tak sampai di situ. Warga yang mulanya hendak membantu menyadarkan malah ikut disandera.
Tetangga yang sempat jadi korban diantaranya, Irfan bin Reni (18) Saenal bin Hatim (35) menderitan luka sabetan senjata tajam di kepala.Usman (34) mengalami luka gores pada bagian telinga akibat sabetan senjata tajam.
Saat kejadian berlangsung seorang pelaku, Ramman sempat turun ke jalan menghadang pengendara sambil membawa parang.
Pada pukul 11.30 Wita personel dari Kepolisian Sektor Tompobulu tiba di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Polisi kemudian melakukan negosiasi, agar para pelaku menyerahkan diri. Namun upaya itu tak membuahkan hasil, mereka tetap saja mengamuk di atas rumah.
Kapolres Bantaeng dan Dandim 1410 Bantaeng bahkan turun tangan menangani permasalahan tersebut. Kapolres bersama Dandim bergantian melakukan negosiasi namun negosiasi yang dilakukan tak membuahkan hasil.
Setelah negosiasi panjang, akhirnya pasukan gabungan Polsek Tompobulu dan Polres Bantaeng mengambil tindakan tegas dengan menangkap paksa para pelaku.
"Di saat semua pelaku sudah diamankan. Petugas menemukan mayat Rosmini di kamar paling belakang. Ada juga saya lihat, badik, parang dan tombak disita," beber, Mardan tetangga pelaku yang juga sempat diserang.
Pelaku diduga mengalami gangguan kejiwaan akibat ilmu hitam. Hingga saat ini pihak kepolisian dan pemerintah setempat belum memberikan keterangan terkait peristiwa tersebut.
(rill/as)